PEMUTARAN khusus wartawan Black Swan di Djakarta XXI, Kamis (17/2) siang ini berakhir tak biasa.
Usai film, seorang bule bicara di depan hadirin. "Terima kasih sudah datang menonton film ini. Anda semua termasuk yang beruntung menontonnya di bioskop, karena bisa jadi film ini takkan edar di bioskop," kata pria bule yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Frank S. Rttman, Vice President Deputy Managing Director Regional Policy Office ASia-Pasicif MPAA (Motion Picture Association of America).
Kami semua melongo. Lho, memangnya kenapa? Apa Black Swan tidak lolos sensor di detik terakhir? Bukan, ternyata masalahnya bukan pada Black Swan. Melainkan pada semua film impor, baik dari Hollywood maupun negara lain.
Jadi, pemerintah mengeluarkan regulasi yang membebankan tarif pajak baru pada setiap film impor mulai tahun ini. Kebijakan ini rupanya dirasa memberatkan oleh pihak distributor film. "Hanya Indonesia yang memiliki aturan seperti itu," kata Rittman.
Rittman mengatakan, pihaknya kini sedang melakukan pembicaraan intensif dengan pihak pemerintah. Sampai ada keputusan yang pasti, film impor yang belum beredar ditunda. "Kami ingin melanjutkan bisnis di sini," kata Rittman.
Wah, jika tak kunjung menemui titik temu, bioskop bisa jadi hanya diisi film nasional. Bagaimana kelanjutan bioskop tanpa film impor?
Di tempat yang sama, ada Noorca M. Massardi selaku Humas Kelompok 21. Noorca mengatakan, "Kami belum bisa berkomentar soal masalah ini," katanya. Ia melanjutkan, pihaknya menunggu keputusan dari pembicaraan pihak distributor film dan pemerintah.
Menengok situs 21 Cineplex, saat ini baru saja beredar film unggulan Oscar The King's Speech, The Fighter, juga tengah edar film aksi 22 Bullets, serta film romantis No Strings Attached, film super hero The Green Hornet,The Mechanic, The Hole, dan Shaolin juga masih edar. Di situs Blitz Megaplex, ada film-film yang tak datang dari Hollywood seperti Patiala House (Bollywood), Biutiful (Spanyol), dan Crazy Little Thing Called Love (Thailand).
Dari jajaran film nasional kita disuguhi Jenglot Pantai Selatan, Arwah Goyang karawang, dan Rindu Purnama.
Mau nonton yang mana?
SUMBER :
http://www.tabloidbintang.com/film-t...i-bioskop.html
Usai film, seorang bule bicara di depan hadirin. "Terima kasih sudah datang menonton film ini. Anda semua termasuk yang beruntung menontonnya di bioskop, karena bisa jadi film ini takkan edar di bioskop," kata pria bule yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Frank S. Rttman, Vice President Deputy Managing Director Regional Policy Office ASia-Pasicif MPAA (Motion Picture Association of America).
Kami semua melongo. Lho, memangnya kenapa? Apa Black Swan tidak lolos sensor di detik terakhir? Bukan, ternyata masalahnya bukan pada Black Swan. Melainkan pada semua film impor, baik dari Hollywood maupun negara lain.
Jadi, pemerintah mengeluarkan regulasi yang membebankan tarif pajak baru pada setiap film impor mulai tahun ini. Kebijakan ini rupanya dirasa memberatkan oleh pihak distributor film. "Hanya Indonesia yang memiliki aturan seperti itu," kata Rittman.
Rittman mengatakan, pihaknya kini sedang melakukan pembicaraan intensif dengan pihak pemerintah. Sampai ada keputusan yang pasti, film impor yang belum beredar ditunda. "Kami ingin melanjutkan bisnis di sini," kata Rittman.
Wah, jika tak kunjung menemui titik temu, bioskop bisa jadi hanya diisi film nasional. Bagaimana kelanjutan bioskop tanpa film impor?
Di tempat yang sama, ada Noorca M. Massardi selaku Humas Kelompok 21. Noorca mengatakan, "Kami belum bisa berkomentar soal masalah ini," katanya. Ia melanjutkan, pihaknya menunggu keputusan dari pembicaraan pihak distributor film dan pemerintah.
Menengok situs 21 Cineplex, saat ini baru saja beredar film unggulan Oscar The King's Speech, The Fighter, juga tengah edar film aksi 22 Bullets, serta film romantis No Strings Attached, film super hero The Green Hornet,The Mechanic, The Hole, dan Shaolin juga masih edar. Di situs Blitz Megaplex, ada film-film yang tak datang dari Hollywood seperti Patiala House (Bollywood), Biutiful (Spanyol), dan Crazy Little Thing Called Love (Thailand).
Dari jajaran film nasional kita disuguhi Jenglot Pantai Selatan, Arwah Goyang karawang, dan Rindu Purnama.
Mau nonton yang mana?
SUMBER :
http://www.tabloidbintang.com/film-t...i-bioskop.html
0 komentar:
Posting Komentar