Minggu, 23 Januari 2011

The Prestige

 

Pasti sebagian dari kita ada yang pernah mendengar nama Nikola Tesla. Seorang ilmuwan kelahiran Serbia, 10 Juli 1856, 254 tahun yang lalu. Tapi ada pula sebagian yang belum atau baru mendengar nama itu. Beberapa bahkan hanya mengenal nama Tesla sebagai band rock yang populer di tahun 1990-an. Saya sendiri sebenarnya sudah mendengar nama ini sejak SMA, namun baru benar-benar berminat untuk melakukan background check setelah menonton film "The Prestige" yang disutradarai oleh Christopher Nolan serta dibintangi oleh Hugh Jackman, Christian Bale, dan Michael Caine.

Dalam film "The Prestige", Tesla (David Bowie) dikisahkan membantu salah satu ilusionis dalam melakukan pertunjukannya, dengan cara membuat sebuah mesin yang dapat mengkloning manusia secara instan. Tentu saja hal tersebut adalah fiksi semata, namun benak saya terusik untuk mengetahui lebih lanjut seberapa hebatkah ilmuwan bernama Tesla itu, sehingga Nolan terkesan mengidolakannya.
Pencarian saya memang hanya sebatas literatur semata, namun cukup bagi saya untuk menyimpulkan bahwa Nikola Tesla adalah ilmuwan jenius, namun agak terpinggirkan karena ide-idenya yang kontroversial. Selain berselisih paham mengenai hak cipta komunikasi nirkabel (radio) dengan Marconi yang akhirnya dimenangkannya, yang legendaris adalah perseteruannya dengan Thomas Alva Edison, penggagas sistem Direct Current (DC). Seperti kita ketahui, Tesla adalah penggagas sistem Alternating Current (AC). Belakangan, menjelang kematiannya, Edison secara eksplisit menyesali keputusannya untuk mengembangkan Direct Current dan mengakui kebenaran teori Tesla dalam hal Alternating Current yang lebih superior tersebut.
Setelah memenangkan "War of Currents" dengan Edison dan keduanya gagal mendapatkan hadiah Nobel, Tesla masih terus menggagas ide-ide yang sama sekali tak terpikirkan oleh orang lain, bahkan oleh orang pada jaman sekarang sekalipun. Tesla melakukan dasar-dasar pembuatan sinar X, dimana hasil-hasil penelitiannya di-share kepada Wilhelm Röntgen yang akhirnya mengadopsi ide itu dan mematenkan hak ciptanya atas namanya sendiri. Sayangnya Tesla tidak dapat membuktikan bahwa ide tersebut adalah idenya, karena peristiwa kebakaran pada laboratoriumnya pada Maret 1895.
Selain sinar X, Tesla juga meletakkan fondasi pengembangan pengetahuan robotic, remote control, radar, ilmu komputerisasi, laser, serta fisika nuklir dimana kesemuanya dia hanya sedikit mendapatkan apresiasi. Sedikitnya apresiasi ini ditambah dengan predikat ‘mad scientist' dari ilmuwan lain akibat kepribadiannya yang eksentrik dan suka menyendiri. Namun di sisi lain kepribadiannya yang eksentrik, Tesla sangat gemar mempertontonkan hasil inovasinya kepada khalayak ramai, layaknya seorang pesulap. Dan kawan-kawannya justru sebagian besar dari kalangan seniman, antara lain Mark Twain yang seringkali menemaninya melakukan percobaan di laboratoriumnya.
Salah satu hasil ciptaannya yang mengagumkan adalah menggunakan bumi sebagai sumber energi untuk menghidupkan bola lampu, yang dibuktikannya pada percobaan di Colorado Springs pada tahun 1899. Selain itu, di tempat yang sama dia berhasil membuktikan teorinya bahwa energi yang dihasilkan oleh bumi tersebut dapat dipindahkan tanpa menggunakan kabel, yang kemudian dia namakan Tesla Effect. Lebih jauh lagi, teknologi nirkabel ini juga dia kembangkan lebih lanjut untuk menciptakan teori bahwa energi juga dapat dihasilkan secara tak terbatas oleh alam, termasuk dalam kondisi hampa udara di luar angkasa. Oleh karena itu, dalam teorinya tidak mustahil bahwa mobil, pesawat terbang, dan berbagai kendaraan lain dapat dijalankan dengan energi yang tak terbatas dan gratis. Tentu saja apabila teori ini diterapkan saat ini, akan memecahkan masalah energi yang sedang dihadapi oleh planet kita. Dan pasti ada sebagian pihak, terutama perusahaan-perusahaan minyak dan energi dunia yang akan sangat dirugikan.
Menjelang kematiannya pada 7 Januari 1943, Tesla sedang mengerjakan berbagai proyek pembuatan senjata dengan US War Department, menciptakan berbagai senjata yang tak terbayangkan oleh benak kita seperti teleforce weapon dan death ray. Setelah kematian Tesla dalam keadaan sendiri di hotel New Yorker, seluruh makalah penelitiannya disimpan erat oleh pemerintah Amerika Serikat dan dikategorikan Top Secret.
Tidak ada yang mengetahui pekerjaan apa saja yang sedang dilakukan, atau bahkan yang sudah selesai dilakukan oleh Tesla dan pemerintah US. Tapi walau kita tidak tahu apa hasilnya, paling tidak dari tulisan-tulisan maupun karya-karya Tesla sebelumnya kita dapat mengetahui esensi dan tujuan dari Tesla yang sejati, tak lain adalah "free energy for everyone".
Meski Tesla adalah pribadi yang eksentrik, homophobic, germophobic, dan megalomaniac, tapi sudah banyak sekali aplikasi-aplikasi teknologi yang berakar dari penemuan Tesla yang (tanpa kita sadari) ada di sekitar kita sekarang ini. Contoh kecilnya adalah segala teknologi wireless: remote control, microwave, serta berbagai teknologi seluler (termasuk infrared dan Bluetooth yang biasa kita gunakan untuk transfer data). Sayangnya nama Tesla keburu tenggelam dan identik dengan julukan "mad scientist", bahkan dijadikan inspirasi untuk peran-peran ilmuwan gila di film-film, sehingga orangpun cenderung untuk memandang manusia jenius ini dengan sebelah mata.
Namun apakah pendiskreditan nama Tesla itu semata berdasarkan keeksentrikannya, atau memang ada pihak-pihak yang sengaja melakukannya untuk menyamarkan aplikasi teknologi Tesla menjadi berbagai bentuk yang sama sekali tidak kita duga? Salah satu yang sangat menarik bagi saya adalah sebuah proyek yang dikembangkan sejak tahun 1993 oleh US Air Force, US Navy, Defence Advanced Research Projects Agency (DARPA), University of Alaska, Penn State University (ARL), Boston College, UCLA, Clemson University, Dartmouth College, Cornell University, Johns Hopkins University, University of Maryland, College Park, University of Massachusetts, MIT, Polytechnic Institute of New York University, Stanford University, dan University of Tulsa. Proyek ini berlokasi terpencil di sebelah Wrangell-Saint National Park, Gakona, Alaska (koordinat Google Earth 62°23′30″N, 145°09′03″W/62.39167°N, 145.15083°W) dan dinamakan HAARP (High Frequency Active Auroral Research Program). Menariknya, proyek ini disponsori oleh 3 lembaga pertahanan US dan bertujuan untuk menyediakan fasilitas riset dalam rangka eksperimen terhadap fenomena yang terjadi di ionosfer, menganalisis komponen ionosfer dan menggunakan ionosfer sebagai sarana pengembangan teknologi komunikasi dan surveillance.
Mengapa militer sangat tertarik untuk meneliti ionosfer, bahkan menghabiskan milyaran dollar untuk itu?
Tujuan dari proyek ini sampai saat ini belum sepenuhnya tercapai. Namun demikian, proyek HAARP telah menghasilkan sebuah instrumen utama bernama Ionospheric Research Instrument (IRI). IRI tersebut adalah sebuah high-frequency (HF) transmitter system yang berfungsi untuk memodifikasi/mengubah ionosfer. Agak lebih spesifik, modifikasi ini dilakukan dengan cara memanaskan ionosfer dengan menggunakan frekuensi tinggi. Tujuannya adalah menciptakan panas matahari buatan yang dibutuhkan dalam penelitian fenomena-fenomena yang terjadi pada lapisan terluar dari atmosfer tersebut. Hal ini kemudian menjadi kepentingan militer maupun sipil, mengingat banyak sekali sistem komunikasi dan navigasi yang dipantulkan atau bahkan menembus ionosfer ke satelit-satelit.
Salah satu yang dipublikasikan sebagai hasil pemanasan ionosfer tersebut adalah penemuan dan produksi Very Low Frequency (VLF) dan Extremely Low Frequency (ELF). Kedua frekuensi/gelombang ini dapat dikatakan hampir mustahil untuk diproduksi sebelum adanya HAARP (karena saking rendahnya sehingga membutuhkan antena raksasa). Karena frekuensi ini sangat sangat rendah, ia dapat menembus benda yang paling padat sekalipun. Kini, aplikasi VLF dan ELF ini sudah dapat digunakan untuk riset bawah air dan juga bawah tanah. Selain untuk memperbaiki kualitas komunikasi kapal selam di bawah laut, gelombang ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi mineral-mineral apa saja yang ada di bawah tanah. Ibaratnya, dapat digunakan sebagai sinar-x/rontgen untuk bumi dan juga benda-benda solid lainnya.
Itu baru sisi positifnya, sekarang sisi yang kontroversi.
Sebenarnya dimana kontribusi Tesla terhadap pengembangan HAARP ini? Pada tahun 1898, Tesla pernah menemukan dan mematenkan sebuah alat seberat 1 kg dengan nama Tesla Oscillator. Apa yang menarik dari alat ini, adalah ketika Tesla mengujicobakannya di laboratoriumnya di New York pada tahun 1898 itu juga, tempat itu nyaris luluh lantak hancur berkeping-keping. Mengapa demikian, karena ternyata Oscillator itu dapat menghasilkan gelombang yang dapat menghancurkan benda-benda. Teorinya bahwa pada dasarnya semua benda padat itu sebenarnya bergetar. Ketika sebuah benda padat digetarkan dengan frekuensi yang tepat, secara otomatis benda itu akan mengalami shock dan kemudian hancur dengan sendirinya. Dengan alat ini, hanya diperlukan frekuensi yang tepat, SEMUA jenis benda padat dapat dihancurkan.
Bayangkan, alat yang kecil (1 kg) saja sudah dapat meluluhlantakkan laboratorium. Menurut Tesla, semakin besar alat ini, maka semakin rendah frekuensi yang dihasilkan dan penghancuran benda akan menjadi semakin cepat dan mudah. Bahkan Tesla pernah menyatakan, dia bisa membelah bumi dengan Oscillator yang berukuran lebih besar. Oleh karena itu, Tesla Oscillator juga sering disebut dengan Tesla's Earthquake Machine.
Oscillator inilah yang dikembangkan oleh proyek HAARP secara rahasia, dengan berkedok penelitian ionosfer. Betapa tidak, VLF dan ELF yang telah dihasilkan oleh HAARP sudah terbukti dapat menembus benda yang paling padat, termasuk bumi. Mengerikan apabila frekuensi ini diarahkan ke bawah tanah dan diatur dalam resonansi tertentu, sehingga mengakibatkan getaran. Bukankah yang terjadi adalah.... gempa bumi? Belum lagi kemampuan yang dimiliki oleh IRI yang bertindak sebagai panas matahari buatan. Anda tahu bagaimana cara mengendalikan tornado/hurricane? Cukup dengan memanaskan air yang ada di lajurnya. HAARP dengan menggunakan IRI bisa melakukan itu. Lebih jauh lagi, HAARP dapat memanipulasi cuaca dengan memancarkan panas terhadap tanah, udara, dan laut, serta dengan cara mengubah tekanan udara pada ionosfer dengan pancaran panasnya. Namun selain mempengaruhi cuaca, rupanya High Frequency yang dipancarkan ke ionosfer juga dapat mempengaruhi elektron dan ion sehingga dapat mengganggu -bahkan mematikan- semua jenis sistem elektronik dan komunikasi yang tercanggih sekalipun.
Bayangkan saja apa yang dapat dilakukan oleh militer US dengan HAARP. Melumpuhkan komunikasi satelit lawan, mematikan peluru kendali, melumpuhkan sistem elektronik pesawat lawan, dan.... last but not least, membuat gempa bumi di negara lawan! Dan semua ini tidak mustahil terjadi, karena HAARP sudah ada di dunia ini sejak tahun 1993 dan sebagian besar pendanaannya berasal dari US Air Force dan US Navy.



Artikel Terkait:

0 komentar:

Tuker Link yuk

Mau Tukar Link? Copy/paste code HTML berikut ke blog anda

Tips & Tutorial

free counters